KU INGIN SETIA
Dika
mengendarai sepeda motornya dengan tergesa-gesa menuju terminal Giwangan. Dalam
hatinya berharap ia sempat menemui kekasihnya, Annisa yang hendak berangkat
Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Surabaya selama 4 bulan. Sesampainya di
terminal, ia bergegas menuju ruang tunggu terminal mencoba mencari Annisa,
namun ia tak kunjung menemukannya. Sementara itu, di dalam sebuah bus tujuan
Surabaya, Annisa melihat Dika yang tampak kebingungan mencarinya. Annisa segera
turun dari bus mumpung belum akan diberangkatkan dan segera ia berlari
menghampiri Dika dan memanggilnya, “Dika!” Dika pun segera menoleh ke arah datangnya
suara itu dan ia melihat Annisa sedang berlari ke arahnya,
“Dika,
maaf!” kata Annisa sambil mulai menangis
“Maaf
kenapa? Kenapa menangis, Nis?” kata Dika
“Maaf,
selama 4 bulan aku harus ninggalin kamu sendiri di kota ini, sebenarnya aku gak
ingin jauh dari kamu, Dik.” Kata Annisa sambil menyeka air matanya
“Itu
sudah tugas dari sekolahmu, sudah jalani saja dengan penuh rasa ikhlas, aku
juga sebenarnya gak ingin jauh dari kamu, tapi harus bagaimana lagi?” kata Dika
yang mulai menangis
“Jaga
cinta kita, Dik! Aku juga akan menjaganya, ku yakin kita pasti bias, Dik.” Kata
Annisa
“Pasti,
sayang. Aku kan setia sampai kamu kembali nanti, tetap jaga komunikasi!” kata
Dika
“Iya,
Dik. Aku juga akan setia untukmu, bisku mau berangkat, aku pamit, Dik. Assalamualaikum!”
kata Annisa sambil menjabat tangan Dika kemudian berlari ke bis
“Waalaikumsalam,
hati-hati di jalan, sayang! I Love You.” Kata Dika
“I
Love You too.” Kata Annisa sambil menoleh ke arah Dika.
Annisa masuk ke bisnya dan bis
yang ditumpanginya itu berangkat menuju kota Surabaya. Dika dan Annisa saling
melambaikan tangan disaat perpisahan itu. Bis itu pun terus melaju keluar
terminal dan tinggallah Dika yang mulai merasakan rindu dengan Annisa, begitu
pula dengan Annisa yang mulai merasakan rindu kepada Dika.
Keesokan
paginya, Dika terbangun dari tidur nyenyak dan diraihlah ponselnya yang berada
di meja samping ranjangnya. Dika melihat ada sms yang masuk dan langsung
membukanya dan ternyata sms itu dari Annisa yang selalu mengucapkan “Selamat
Pagi” kepada kekasihnya itu. Dika beranjak dari ranjangnya dan berjalan menuju
pintu kamarnya tapi langkahnya terhenti saat rasa rindunya kepada Annisa seakan
menghentikan langkahnya dan pikiran Dika bagai telah dipenuhi bayangan Annisa.
Lalu secara perlahan, Dika meneruskan langkahnya. Dengan segera ia mengambil
air wudhu dan menunaikan ibadah sholat subuh. Dika kemudian bersiap-siap untuk
berangkat sekolah dengan hati yang terus terasa dipeluk oleh rasa rindu.
Dika
berangkat menuju sekolah menggunakan sepeda motor matic-nya. Saat melewati SMK
tempat dimana Annisa bersekolah, rindu dalam hatinya semakin membara. Ia
teringat saat dulu sering menjemput Annisa saat pulang sekolah dan terkadang
mengajaknya makan siang bersama. Namun, Annisa sedang di Surabaya karena PKL
selama 4 bulan dan selama itu Dika yang bersekolah di SMA itu harus menjalani
harinya di kota Jogja tanpa sosok Annisa berada di sampingnya dan hanya sebuah
ponsel yang ia pakai untuk berkomunikasi dengan Annisa.
2
bulan berlalu sejak Annisa berangkat PKL ke Surabaya, Dika masih merasakan
rindu setengah matinya kepada Annisa. Ia berusaha untuk tetap setia dengan
Annisa walaupun sedang jauh darinya.
Dika
serasa terusik oleh seorang adik kelasnya yang setiap hari mengikutinya tanpa
ia tau sebabnya. Dialah Arni, ia jatuh cinta dengan Dika karena ia tau bahwa
Dika adalah seorang bintang kelas di kelas XI IPA 4. Arni selalu berusaha untuk
mendapatkan cinta Dika tapi ia tak tau jika Dika sudah mempunyai seorang
kekasih. Arni tak mampu mengungkapkan perasaannya kepada Dika, ia Cuma bisa
berusaha memikat hati Dika dan berharap Dika jatuh cinta kepadanya.
Sampai
suatu malam, ada beberapa sms masuk ke ponsel Dika yang semuanya berisi puisi.
Dika bertanya kepada si pengirim, “Maaf ini nomornya siapa ya?” namun si
pengirim hanya menjawab, “Aku yang selama ini memujamu, mas Dika.” Jawaban itu
membuat Dika semakin bertanya-tanya.
Selama
seminggu ponsel Dika terus dikirimi puisi cinta oleh Arni, tapi Arni sengaja
merahasiakan identitasnya dan hanya berkata bahwa ia memuja dan mencintai Dika.
Setelah seminggu hanya mengirim puisi cinta kepada Dika lewat sms, Arni
mengirim puisi lewat selembar kertas yang dititipkannya lewat temannya, Septi.
Septi mendatangi kelas XI IPA 4 sambil membawa puisi dari Arni untuk diberikan
kepada Dika saat istirahat kedua berlangsung. Ia melihat Dika sedang duduk pada
sebuah bangku di depan kelas XI IPA 4 lalu menyapanya,
“Mas
Dika!” sapa Septi
“Ya,
ada apa? Kamu siapa?” kata Dika
“Saya
Septi, mas Dika. Anak kelas X1. Saya kesini mau ngasih titipan puisi buat mas.”
Kata Septi
“Buat
saya? Dari siapa, dek?” Tanya Dika
“Wah,
maaf mas! Itu rahasia, pokoknya dia cinta sama mas. Ini mas, saya balik ke
kelas dulu.” Kata Septi sambil meletaknya puisi di samping Dika lalu berlalu
meninggalkan Dika
“Dek,
dek, tunggu dulu, dek!” kata Dika memanggil Septi yang berlalu meninggalkannya
Hampir
sebulan Dika terus mendapat kiriman puisi cinta dari seseorang yang mengaku
orang yang sedang jatuh cinta padanya. Dalam puisi yang ia dapatkan berisi
kata-kata yang mengharap agar ia menyatakan cinta pada si pengirim. Namun,
sudah pasti ia tak bisa karena cintanya sudah diberikan kepada Annisa yang
selama 1 tahun sudah setia mencintainya. Karena Dika ingin cepat-cepat tau
siapa yang mengirim puisi kepadanya selama ini, ia menghadang Septi yang hendak
pulang dan sedang akan menghidupkan motornya,
“Dek,
boleh bicara sebentar?” kata Dika kepada Septi
“Tentang
apa, mas?” jawab Septi
“Siapa
sebenarnya orang yang mengirim puisi kepada saya, tolong katakan dengan
sejujur-jujurnya!” kata Dika
“Maaf
mas, saya gak bisa, saya mau pulang.” Kata Septi
“Kunci
motormu saya ambil dan gak akan saya kembalikan sebelum kamu ngasih tau siapa
yang ngirim puisi itu.” Kata Dika sambil mencabut paksa kunci motor Septi dari
motornya.
“Apa-apaan
sih, mas? Balikin gak!” kata Septi yang agak gusar.
“Gak
akan saya balikin sebelum kamu bilang siapa yang ngirim puisi itu ke saya.”
Kata Dika dengan tegas.
“Ya
udahlah, mas. Sebenernya yang ngirim puisi itu Arni, temen sekelasku. Dia jatuh
cinta sama mas Dika makanya ia nulis dan ngirim puisi cinta buat mas. Sekarang
dia masih di kelas. Ayo, saya antar, mas!” kata Septi kemudian turun dari
motornya dan berjalan menuju kelasnya dan Dika mengikuti di belakangnya.
Setibanya
di kelas X1, Dika dan Septi melihat Arni sedang asyik menulis puisi, lalu Septi
memanggilnya, ”Arni, dicari mas Dika.” Arni kaget dan wajahnya menjadi malu
lalu ia berlari keluar kelasnya dan berlari menuju parkiran, “Arni, tunggu!”
teriak Septi lalu berlari mengikuti Arni kemudian Dika mengikutinya dengan
pelan.
Di
parkiran, Septi melihat Arni berdiri bersandar di tembok sambil menangis, lalu
Septi datang menghampirinya,
“Ar,
kamu kenapa menangis?” Tanya Septi.
“Aku
tadi lihat-lihat FB-nya mas Dika, ternyata dia udah punya pacar, Sep.” jawab
Arni sambil terus menangis tersedu-sedu.
“Arni,
kalo mas Dika udah punya pacar ya sudah, jangan ganggu hubungan mas Dika sama
pacarnya!” kata Septi.
“Tapi
aku cinta mas Dika, sep!” kata Arni lalu memeluk Septi dan terus menangis.
“Arni,
jadi selama ini kamu yang mengirim puisi cinta ke aku?” Tanya Dika dengan suara
datar.
“Iya
mas, maaf ya, aku jatuh sama mas Dika, tapi aku gak berani mengungkapkan
cintaku ke mas.” Jawab Arni sambil menyeka air matanya.
“Tidak
apa-apa, dek. Puisimu bagus semua kok. Cuma tolong jangan diberikan ke saya,
saya sudah punya pacar!” kata Dika
“Makasih
ya, mas Dika! Sekali lagi maaf, kalau selama ini aku ganggu mas!” kata Arni.
“Nggak
ganggu kok, kamu boleh jatuh cinta dengan siapa saja! Maaf, saya gak bisa
nerima cinta kamu, dek! Kita berteman saja!” kata DIka lalu tersenyum.
“Iya
mas.” Kata Arni kemudian tersenyum lalu bersalaman dengan Dika.
4
bulan berlalu, Annisa selesai PKL dan pulang ke Jogja. Dika duduk manis di
sebuah bangku di terminal Giwangan menunggu bus yang ditumpangi Annisa tiba.
Setelah menunggu lama, akhirnya bus yang ditumpangi Annisa tiba dan turunlah
Annisa dari bus itu sambil membawa barang bawaannya dan langsung memhampiri
Dika,
“Kenapa?
Kok diam aja?” Tanya Annisa sambil tersenyum.
“Annisa,
kamu tambah cantik aja.” Jawab Dika lalu tersenyum.
“Iya
po? Duh, jadi malu aku.” Kata Annisa.
“Beneran
kok, Annisa sayang.” Kata Dika.
“Ah,
bisa aja! Gak ada apa-apakan selama aku pergi?” Tanya Annisa.
“Ya,
cuma ada sedikit masalah.” Kata Dika dengan suara semakin merendah.
“Ada
apa? Cerita aja gak apa-apa!” kata Annisa
“Ada
adik kelas jatuh cinta denganku.” Kata Dika dengan suara rendah.
“Terus?”
Tanya Annisa singkat.
“Aku
tolak, Cuma aku ijinin dia temenan saja, karena aku ingin setia denganmu,
Annisa Purwandari.” Kata Dika.
“Aku
percaya kamu kok, Andika Wiratama.” Kata Annisa lalu memegang tangan Dika.
“Makasih
atas kepercayaanmu padaku! Yuk, aku antar pulang!” kata Dika mengajak pulang.
“Sama-sama,
yuk! Udah rindu orang tua di rumah aku.” Kata Annisa.
Akhirnya,
rindu yang membara di hati Dika selama 4 bulan terobati oleh pulangnya Annisa
dari Surabaya. Meskipun selama 4 bulan itu ada suatu hal yang seolah memaksa
Dika untuk berpaling dari Annisa, tapi tetap rasa rindu dan cintanya ia berikan
kepada Annisa walau mereka berdua terpisah oleh jarak.
Setialah
dengan orang yang kamu sayangi, walau pun mereka sedang jauh dari darimu.