Bismillah…
Ku tulis
beberapa kalimat tentang apa yang mas rasakan saat ini, ketika rindu yang
terkadang tidak terbendung dan akhirnya meluap sebagai air mata kerinduan. Kerinduan
akan kehadiran sosokmu yang telah mengisi ruang kosong di dalam hati ini.
Sekitar 1,5
tahun yang lalu, saat aku memilih untuk mengakhiri cintaku dengan seseorang
yang saat itu menjadi pacarku yang kedua. Karena sudah tak sanggup lagi
bersamanya, menuruti keinginannya yang muluk-muluk yang selalu berakhir dengan
pertengkaran sengit. Saat itulah, aku teringat sosok pacar pertamaku yang
dimana selalu menerima aku apa adanya, tidak pernah meminta hal yang
muluk-muluk padaku, sungguh sebuah penyesalan yang teramat dalam, aku sudah
menyiakan dia yang begitu tulus mencintaiku dan memilih untuk bersama orang
lain. Sayangnya, dia sudah bersama yang lain, dan mungkin hubungan itu akan
berlanjut ke pelaminan. Akhirnya, dalam penyesalan itu aku berdoa kepada Allah,
agar dia bahagia bersama pacar barunya dan berharap aku berjumpa dengan
seseorang yang lebih baik dari dia, menyayangiku apa adanya, dan tidak
menyakitiku.
Selama 1,5
tahun itu, dua hati datang kepadaku, namun akhirnya mereka pergi dengan alasan
yang sungguh mengecewakan. Namun, aku tetap berusaha tegar. Mungkin mereka
berdua bukanlah yang terbaik untukku.
Alhamdulillah,
aku beruntung diterima di Universitas Negeri Yogyakarta di jurusan Pendidikan
IPA. Disini aku berjumpa dengan kawan-kawan baru yang sedikit demi sedikit
menghapus luka lama dalam hati ini. Belum lagi saat aku diterima di bidang
Jurnalistik HIMA IPA, aku merasa semakin banyak keluarga . Belum lagi, kabidku
yang selalu menghiburku ketika aku merasakan kegalauan.
Awal tahun
ajaran baru 2015/2016, saat TM pertama SIPMA 2015, aku berjumpa dengan
adik-adik maba dari jurusan Pendidikan IPA dan tak kusangka salah satu diantara
mereka telah membuatku jatuh hati. Hingga pada suatu malam, aku memberanikan
diri mengirim pesan ke dia melalui social media. “Kulonuwun”, itulah kata pertama
aku kirimkan ke dia, dan dia menjawab “monggo mas”. Dari hari ke hari aku
sering balas membalas pesan ke dia. Hingga tanpa disadari tumbuh kemistri
diantara kami berdua. Aku menyadari itu saat aku memberanikan diri berkata
bahwa aku jatuh hati padanya, dan ternyata dia juga jatuh hati padaku. Mungkin inilah jawaban dari doaku selama ini.
Semenjak
saat itu, hari hariku terasa berbeda, serasa ada sesuatu yang indah yang
membakar semangatku. Adik tingkat yang berkaca mata itu, seakan menjadi sebuah
objek yang harus aku temui setiap hari. Aku bahagia bila berjumpa dengannya,
terlebih saat aku melihat tatapan dan senyumannya. Aku merasa nyaman bila ada
di dekatnya.
Hingga pada
suatu hari, aku bertanya padanya “kamu pasti anak pertama?” dia menjawab “iya
mas, anak pertama dan terakhir” hatiku terperanjak mengetahui hal itu, aku
teringat ibuku di rumah. Ibuku cuma satu, tapi selama ini, aku merasa kurang
menyayangi ibuku, dalam hati ini “dek, kamu anak satu satunya yang sangat
disayangi ayah ibumu, sedangkan aku punya ibu satu yang begitu menyayangi aku,
tapi aku merasa kurang menyayangi ibuku” belum lagi ia pernah berkata “mas gak usah mikirin adek, mas harus bahagiain orang tua mas dulu, adek
bisa mandiri, adek bisa jaga adek sendiri, mas harus selesaiin kuliah mas sampe
sesuai dengan apa yang mas inginkan. Adek emang gak sempurna, tapi adek usahain
apa yang adek bisa untuk membuat adek sempurna dimata mas. Mas harus janji sama
adek.” Dari kata-kata itu, aku merasa jika dia sangat menyayangiku dan
keluargaku dan juga menyayangi dirinya dan keluarganya. Aku takjub kepada
Allah, betapa ia telah mempertemukanku dengan seorang yang telah mengubah
duniaku, menyadarkan akan arti sebuah keluarga. Adek
tidak ingin kehilangan mas, dan mas tidak ingin kehilangan adek.
Meskipun
aku tau, dia belum lama putus dari pacar lamanya. Namun aku berusaha untuk
menerima kenyataan yang ada. Aku berusaha agar dia tidak tersakiti dan berusaha
agar dia nyaman bersamaku. Tidak ingin aku mengukir kembali luka dalam hatinya.
Aku yakin dek, adek gak akan menyakiti mas, adek gak akan membuat hati mas
patah untuk kesekian kalinya. Meski aku belum tau kemana arah hidupku, tapi aku
kan terus berdoa dan berusaha agar kita ditakdirkan untuk bersama.
Ku tulis ini
sesuai apa yang aku rasakan sekarang, semoga kamu dapat mengambil hikmahnya.
Semangat kuliah ya dek, semoga Allah selalu melindungi dan memberikan
kelapangan rizki padamu dan ayah ibumu, dan semoga diberikan kelancaran, amin J
Yogyakarta,
7 Desember 2015